Pemanfaatan Multimedia Interaktif Untuk Menunjang Kemampuan
July 9th, 2011
Pemanfaatan Multimedia Interaktif Untuk Menunjang Kemampuan
Berkomunikasi Visual Mahasiswa
Sri Rachmawati,S.Kom.,M.M., Dora Fatma Nurshanti, S.P.M.Si.
Dosen Universitas Bina Darma, Palembang, Dosen Universitas Baturaja, Kabupaten OKU
Email : dora_sumsel@yahoo.com
Abstract: Globalization is an effect from the revolution of information technology and communication, made a changed mean for all human life aspect. Multimedia interactive was an facility of communication with interactive multimedia that can stimuli imagination and member creativity in communication. Communication is a process transfer messages from source to receiver. Analyze data with uses in this research are:1) descriptive kuantitatif,2) Validity and realibilitas,3) simple linier regretion,4) correlation. Based from correlation testing, is no signification correlation between variable interactive multimedia and skill of visual communication. Use of contribution interactive multimedia increase skill of visual communication is 37,5%.
Keyword: Multimedia interactive, visual communication, Correlation
Abstrak: Globalisasi adalah efek dari revolusi teknologi dan informasi, membuat perubahan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Multimedia interaktitf merupakan fasilitas komunikasi yang dapat digunakan untuk menstimulasi imajinasi dan kreativitas mahasisiwa ilmu komunikasi. Komunikasi adalah proses peminahan pesan dari sumber ke penerima. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) deskriptif kuantitatif, 2) validitas dan reliabilitas, 3} regresi linier, 4) korelasi. Berdasarkan uji korelasi, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pemanfaatan multimedia interaktif terhadap kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa. Kontribusi pemanfaatan multimedia interaktif dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa adalah 37,5%.
Kata kunci: Multimedia interaktif,komunikasi visual, Korelasi
1.PENDAHULUAN
Globalisasi sebagai dampak dari sebuah revolusi teknologi informasi dan komunikasi membuat perubahan yang sangat berarti bagi semua aspek kehidupan. Menurut pakar manajemen Peter F. Drucker, yang dikutip H.A.R. Tilaar, perubahan pengetahuan akibat globalisasi telah melahirkan knowledge society. Dalam masyarakat, peran ilmu pengetahuan sangat menonjol, menuntut perubahan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tinggi dan memerlukan pengetahuan formal. Salah satu tuntutan tersebut adalah menguasai bahasa digital atau teknologi informasi.
Pendidikan yang bermutu untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan mampu berkompetensi merupakan ujung tombak dalam pembangunan sumber daya manusia.
Dunia pendidikan harus terus berkembang dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi agar terwujud insan yang cerdas. Senada dengan hal diatas , Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan konferensi Organisasi Menteri Pendidikan ASEAN ke 42, meminta kemajuan teknologi komunikasi dan informatika dimanfaatkan lebih optimal untuk pendidikan.
Multimedia interaktif merupakan sarana komunikasi yang menggabungkan beberapa media yakni teks, audio, grafik, animasi dan video. Komunikasi visual dengan multimedia interaktif dapat merangsang imajinasi serta kreativitasi peserta dalam berkomunikasi. Senada dengan hal diatas, berdasarkan riset computer technology research (CTR): orang mampu mengingat 20% dari yang dilihat, mampu mengingat 30% dari yang didengar, mampu mengingat 50% dari yang didengar dan dilihat, serta mampu mengingat 60% dari yang didengar, dilihat dan dilakukan.Penggunaan multimedia interaktif dengan menampilkan fitur-fitur akan dapat dijadikan sarana komunikasi visual.
Kemampuan berkomunikasi bukan hanya selalu berisi bicara, komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menggunakan seluruh panca indera kita. Menurut penelitian bahwa bicara (elemen vocal) bukanlah faktor terpenting dalam komunikasi yang efektif, faktor yang dominan adalah dengan visual. Pada saat berkomunikasi elemen visual seperti kontak mata (eye contact), ekspresi wajah (facial expression), gerakan isyarat (gesture), dan sikap tubuh (posture) merupakan bagian yang paling menentukan agar komunikasi berjalan dengan efektif sebesar 55% keberhasilan dalam berkomunikasi . Karena faktor visual seperti kontak mata, ekspresi wajah, gesture maupun posture adalah refleksi dari hati, bukan otak kita maka agar komunikasi berjalan efektif diperlukan ketulusan dan kejujuran dari diri kita. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.Berdasarkan latar belakang diatas perlu untuk diteliti mengenai pemanfaatan multimedia interaktif untuk menunjang kemampuan komunikasi visual. Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pemanfaatan multimedia interaktif terhadap kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisa pengaruh pemanfaatan multimedia interaktif terhadap kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa sedangkan manfaatnya adalah: meningkatkan pemanfaatan multimedia interaktif untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi visual dan diharapkan menjadi alternatif berkomunikasi secara visual bagi masyarakat.
2.Metodologi Penelitian
Menurut Erlansyah, D, 2007, multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi dan video. Teks dan gambar dinamakan sebagai media diskrit, sedangkan audio dan video dinamakan sebagai media kontinyu.
Multimedia ini dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif, sehingga memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Saat ini telah banyak aplikasi yang mendukung dalam pembuatan multimedia yang interaktif. Sebagai akibat dari kebutuhan yang berbeda-beda mulai dari bidang periklanan, presentasi, broadcasting dan pembelajaran serta jaringan dan internet. Munculnya berbagai aplikasi ini mempermudah pembuatan multimedia interaktif yang memanfaatkan gambar,suara, animasi, video serta grafik secara bersamaan pada satu aplikasi.
Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.
Ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.( Werner J. Severin dkk, 2005).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, dimana sampel yang terpilih adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi semester 7. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
Tahap 1: Tahap Persiapan
1.Membuat video interaktif dengan menggunakan swish max versi 6.0. Video ini memberikan gambaran mengenai sistuasi dalam melakukan pencoblosan suara ketika melakukan pemilihan kepala daerah.
2. Membuat gambar yang memvisualisasi situasi dalam melakukan pencoblosan suara ketika melakukan pemilihan kepala daerah.
3. Membuat kuisioner, yang memiliki skala 1 sampai 5 (five-point likert scale). Variabel yang diukur adalah : variabel pemanfaatan multimedia interaktif, komunikasi visual dan efektifitas kemampuan berkomunikasi mahasiswa.
Tahap 2: Tahap Pelaksanaan
1. Penjelasan mengenai komunikasi visual kepada mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Komunikasi
2. Penjelasan mengenai video interaktif yang akan ditampilkan sebagai sarana / media komunikasi visual berbasis teknologi informasi
3. Semua peserta memperhatikan video interaktif yang ditampilkan dan akhirnya disebarkan kuisioner atau angket untuk diisi .Peserta juga memperhatikan gambar visualisasi sesuai dengan tema.
Tahap 3: Tahap Pengolahan data
1. Kuisioner yang telah diisi oleh mahasiswa , diolah datanya menggunakan aplikasi software SPSS versi 12.0.
2. Kuisioner yang digunakan dengan skala likert. Dari jawaban responden kemudian diberi skor nilai, agar dapat diolah secara kuantitatif.
Tahap 4: Tahap Pelaporan dan Seminar
1. Membuat laporan hasil dari penelitian mengenai komunikasi visual dengan menggunakan multimedia interaktif untuk melihat efektifitas kemampuan berkomunikasi mahasiswa.
2. Seminar hasil yang dilaksanakan di LPPM
Universitas Bina Darma
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Komputer Kampus Utama, Universitas Bina Darma. Beralamat di Jalan Jend. A.Yani No 12 Plaju Palembang. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma. Mahasiswa semester 7 yang sedang menempuh mata kuliah Desain Visual berjumlah 25 orang.Sampel yang diambil adalah berjumlah 19 orang .
Tabel 2.1. Operasional Variabel
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Multimedia Interaktif (X1)
-Suara/ audio
-Animasi
-Teks
-Kualitas suara
-Kualitas animasi
-Kualitas teks
Interval
Komunikasi Visual (Y)
-Seni
-Lambang-lambang
-Tipografi
-Gambar
-Grafis
-Ilustrasi
-Warna
- Seni
- Kualitas
lambang
- Jenis huruf
- Kualitas
gambar
-Ilustrasi
- Keragaman
warna
Interval
Instrumen dalam penelitian ini meliputi: 1) angket/kuisioner ; Kuisioner yang dibuat memiliki skala 1 sampai 5 (five-point likert scale) , 2) video interaktif dan gambar dengan tema suasana pencoblosan pada pemilihan kepala daerah.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1) deskriptif kuantitatif, 2) Pengujian Validitas dan Relibilitas,3) Pengujian Regresi Linier Sederhana,4) Pengujian Korelasi.
3. Hasil dan Pembahasan
Jumlah karakteristik responden dalam penelitian ini ada 2 yaitu: jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Jumlah responden yang mengisi kuisioner adalah 19 orang (76%) dari 25 mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Komunikasi. Mahasiswa semester 7 adalah mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah komunikasi visual.
Gambar 3.1. Jenis Kelamin Responden
Gambar 3.1. di atas menggambarkan jumlah jenis kelamin responden yang terlibat dalam penelitian. Jumlah responden adalah 19 orang yang terdiri atas: responden laki-laki = 8 orang , responden perempuan = 11 orang .
Untuk mendeskripsikan asal sekolah yang terdiri dari : SMA IPA, SMA IPS, SMK adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2. Asal Sekolah Responden
3.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemanfaatan multimedia interaktif (X1) yang terdiri dari 3 pertanyaan.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi visual (Y) yang terdiri dari 7 pertanyaan. Ketujuh pertanyaan tersebut disesuaikan dengan kondisi mahasiswa sebagai responden dalam penelitian tentang multi media interaktif sebagai alat untuk melihat kemampuan berkomunikasi visual.
3.1.3. Analisa Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut (Sugiyono, 2005) validitas dan reliabilitas merupakan instrumen yang menentukan derajat kesesuaian antara data dengan keadaan lapangan.
Validitas merujuk kepada sejauhmana instrumen itu merekam atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur.
Sedangkan reliabilitas merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data.
3.1.3.1. Validitas Alat Ukur
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Validitas sebuah alat ukur diketahui dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item dengan total skor masing-masing item.
Validitas atau correlation dinyatakan valid apabila mempunyai nilai correlation F hitung lebih besar dari r standar. Skor r dilihat dari r tabel yang ada didalam tabel statistika. Nilai r tergantung pada banyaknya responden yang ada.
Di dalam penelitian ini jumlah responden berjumlah 19 orang, menurut tabel statistika tingkat korelasi nilai r harus lebih besar dari 0,456.
Pada tabel dibawah ini terlihat bahwa nilai corrected item total correlation > 0,456 untuk variable X1,Y berarti semua kuesioner dinyatakan valid.
Tabel 3.3 Uji Validitas untuk variabel X1
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.490
.552
3
Tabel 3.4. Uji Validitas untuk variabel Y
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items
N of Items
.761
.782
7
3.1.3.2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Jika nilai koefisien alpha atau cronbach alpha lebih besar dari 0,6 butir-butir pertanyaan pada instrument atau angket dikatakan reliabel.
Dalam uji statistik dalam penelitian ini diperoleh nilai koefisien alpha atau cronbach alpha untuk variabel X1 sebesar 0,552, untuk Y sebesar 0,782. Sehingga disimpulkan bahwa untuk variabel X1 tidak reliabel namun mendekati dengan nilai reliabilitas yang diharapkan. Sedangkan variabel Y dikatakan reliabel.
Tabel 3.5. Uji Relibilitas untuk variabel X1,Y
No
Variabel
Cronbach Alpha
1
X1
0,552
2
Y
0.782
3.1.3. Uji Analisis Regresi Sederhana
Dalam regresi linier terdapat tiga persyaratan harus memenuhi uji normalitas, uji heterokedasitas dan uji autokorelasi.
a. Hasil Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi, variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X1) keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini data tidak terdistribusi
normal.
Gambar 3.6. Uji Normalitas Variabel
b. Uji Heterokedasitas
Pengujian heterokedasitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1.Jika ada data yang membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi heterokedasitas.
2.Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
Pada penelitian ini yang ditunjukkan oleh grafik scatterplot terlihat titik-titik yang menyebar secara acak dan data menyebar dengan baik diatas dibawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat diartikan tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi.
Gambar 3.7. Uji Normalitas Variabel
c. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Nilai DW diantara 12 dan +2 maka tak terjadi autokorelasi. Pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai durbin watson sebesar 2,275 maka terjadi autokorelasi.
d. Uji Regresi Linier Sederhana
Pada penelitian ini, telah dilakukan uji normalitas, uji heterokedassitas dan uji autokorelasi, sehingga langkah selanjutnya adalah membentuk model persamaan linier sederhana.
e. Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan uji yang bertujuan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel X1 terhadap Y bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.
Korelasi parsial digunakan untuk menganalisa bila peneliti bermaksud mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat tetap atau dikendalikan.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 15 diperoleh tabel uji regresi linier sederhana sebagai berikut:
Komu
nikasi Visual (Y)
- Seni
-Lambang
lambang
-Tipografi
- Gambar
- Grafis
- Ilustrasi
- Warna
- Seni
- Kualitas
lambang
- Jenis
huruf
- Kualitas
gambar
- Ilustrasi
-Kragaman
warna
Interval
Tabel 3.8. Uji Korelasi
No
Variabel
R-square
1
X1 terhadap Y
0,375
Berdasarkan tabel korelasi product moment nilai r tabel pada penelitian ini adalah 0,456 . Dari hasil perhitungan dengan SPSS versi 15, untuk korelasi X1 terhadap Y diperoleh nilai r hitung sebesar 0,375.
Maka dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel pemanfaatan multimedia interaktif (X1) terhadap kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa(Y).
3.2 Pembahasan
Berdasarkan keadaan kelompok sampel dimana mahasiswa semester 7 yang sedang mengikuti mata kuliah komunikasi visual dan telah mendapatkan mata kuliah desain grafis.
Y=1,811+0,549
Dari fungsi regresi tersebut diatas, maka diketahui sebagai berikut:
Jika variabel multimedia interaktif (X1) berubah dengan satu unit skor maka kemampuan komunikasi visual akan menaik sebesar 0,549 unit skor. Tanda positif menunjukkan perubahan searah.
Berdasarkan tabel korelasi product moment nilai r tabel pada penelitian ini adalah 0,456. Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 15 diperoleh nilai 0,375.
Ternyata r hitung lebih kecil dari r tabel sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
Jadi kesimpulannya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pemanfaatan multimedia interaktif terhadap kemampuan berkmunikasi visual mahasiswa.
Kontribusi pemanfaatan multimedia interaktif dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa adalah 37,5%. Sisanya yaitu sebesar 62,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Faktor tersebut adalah faktor psikologis mahasiswa (motivasi), faktor eksternal lainnya yaitu suhu ruangan, kondisi ruangan, waktu pelaksanaan penelitian pada saat kuesioner dibagikan kepada mahasiswa.
Ada beberapa teori motivasi yang memang sangat mempengaruhi kemampuan seseorang atau mempengaruhi kesuksesan seseorang dalam melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan dalam kehidupan.
Keinginan atau dorongan yang disebut motivasi yang meliputi dua hal, yaitu : 1) mengetahui apa yang dipelajari, 2) memahami.Persoalan motivasi tergantung pada unsur pengalaman dan ketertarikan (Sardiman,2006)
4.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Dari uji korelasi yang telah dilakukan peneliti, diperoleh fakta bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pemanfaatan multimedia interaktif terhadap kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa.
Kontribusi pemanfaatan multimedia interaktif dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi visual mahasiswa adalah 37,5%. Sisanya yaitu sebesar 62,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Faktor tersebut antara: faktor psikologi (motivasi), suhu ruangan, kondisi ruangan, waktu pelaksanaan penelitian pada saat kuesioner dibagikan kepada mahasiswa.
Berdasarkan uji regresi, diperoleh fakta bahwa Jika variabel multimedia interaktif (X1) berubah dengan satu unit skor maka kemampuan komunikasi visual akan menaik sebesar 0,549 unit skor. Tanda positif menunjukkan perubahan searah.
DAFTAR RUJUKAN
Erlansyah, D., 2007, Pembelajaran dengan Multimedia, Makalah disampaikan dalam workshop Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktifitas Instruksional, Universitas Bina Darma, Palembang, 3 Juli.
Carapeboka, M.S., 2007, Dasar-dasar Ilmu Komunikasi. Palembang: Universitas Bina Darma.
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/62/62_003.pdf, Teori Belajar dan Pembelajaran serta PKn sebagai Pendidikan Nilai, Moral dan Norma, (Online), (diakses 10 November 2007).
Severin Warner dkk. 2005. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi.Bandung: Alfabeta.
Umar,Husien, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.